Tanpa Kita Sadari, 12 Keadaan Ini Sebenarnya Tidak Disukai Anak-Anak Kita
Jika Anda browsing dan mencari cara tentang bagaimana membesarkan anak dengan baik dan benar, ada banyak rekomendasi yang berbeda yang seringkali saling bertolak belakang satu sama lainnya.
Namun, para ahli, dokter dan psikolog terus melakukan eksperimen-eksperimen baru dan menganalisis hasilnya, lalu kemudian membuat sebuah daftar rekomendasi baru.
Awalnya, rekomendasi dari mereka ini mungkin terdengar aneh, akan tetapi ketika kita mempelajarinya lebih lanjut tentang detailnya, apa yang mereka sampaikan ternyata sangat berguna.
Nyonya Rumah telah melihat beberapa studi menurut para ahli tentang kesehatan anak-anak dan telah membuat daftar hal-hal yang berbahaya bagi mereka, dan selama ini kita sebagai orang tua tidak menyadarinya.
Baca: Asahi Teknik Pijat Wajah Asal Jepang
Menggelitik anak-anak mungkin adalah salah satu hal yang menyenangkan bagi kita para orang tua.
Karena melihat tawanya yang lucu nan menggemaskan membuat kita tidak pernah berhenti untuk melakukan itu.
Tapi, sadarkan Anda bahwa menggelitik anak-anak sebenarnya tidak memberikan sensasi kebahagiaan bagi mereka.
Hal ini diungkapkan oleh seorang peneliti dari University of California beberapa tahun yang lalu, bahwa menggelitik anak tidak membuat anak tersebut bahagia, itu hanya ilusi tawa bahagia saja.
Ketika anak-anak dikelitik, tertawa mereka tidak terkendali sebagai hasil dari refleks mereka.
Kita semua tertawa ketika digelitik, begitu juga dengan anak-anak, bahkan jika mereka membencinya (benci digelitik).
Tidak banyak orang tua yang menyadari bahwa untuk tidur yang baik bagi bayi, yang mereka butuhkan hanyalah kasur yang bagus, seprai dan selimut kecil (kalau-kalau mereka kedinginan).
Terkadang, kita juga menambahkan bantal untuk mereka, walaupun itu bantal untuk bayi.
Namun, menurut sebuah penelitian, anak-anak atau bayi, tidak memerlukan bantal hingga sampai pada usia tertentu.
Apalagi dekorasi-dekorasi khusus untuk tempat tidur mereka, seperti mainan yang menggantung diatasnya, ataupun boneka yang berada didekatnya.
Karena, mainan-mainan tersebut dapat membangunkan mereka dari tidurnya, atau bahkan lebih parah mainan tersebut dapat menyebabkan masalah pernapasan, jika bayi secara tidak sengaja memasukkan wajah mereka ke mainan.
Menyalakan lampu kamar saat bayi tidur atau bahkan dengan cahaya redup sepanjang malam itu bukanlah sebuah pilihan yang bijak.
Sebab, hormon pertumbuhan mereka yang diproduksi saat mereka tidur itu lebih baik diproduksi oleh tubuh saat keadaan kamar gelap total.
Memang, para orang tua memiliki alasan yang berbeda saat mereka membiarkan lampu kamar tetap menyala dimana bayi tidur.
Sebagian besarnya, para orang tua melakukan itu, adalah untuk kenyamanan mereka sendiri.
Artinya, akan lebih mudah bagi mereka ketika mereka akan mengganti popok bayi ketika keadaan kamar terang, atau redup.
Ada juga ibu atau ayahnya yang takut pada kegelapan, sehingga mereka membiarkan lampu tetap menyala.
Atau mungkin ayah dan ibu takut si kecil terserang fobia karena terus berada dalam kegelapan, dan mereka pikir lampu malam dapat membantu mengatasi itu.
Seorang ahli syaraf dari Ohio State University - Tracy Bedrosian merekomendasikan bahwa orang yang tidak bisa berhenti menggunakan cahaya harus mencoba untuk menggantinya dengan jenis cahaya yang tepat.
Sebuah eksperimen menunjukkan bahwa lampu hijau menggerakkan jam biologis selama sekitar 90 menit dan lampu biru menggerakkan jam selama sekitar 180 menit, sehingga menjadi lebih sulit untuk tidur nyenyak.
Cahaya merah dan oranye tidak menekan produksi melatonin sebanyak hijau, putih, dan biru tidak mengganggu ritme sirkadian Anda.
Baca: Tips Ampuh Menurunkan Berat Badan dengan Air Putih
Setiap orang tua pasti pernah berada dalam situasi dimana mereka kesulitan untuk membuat si kecil tenang dan berhenti dari tangis dan rengeknya.
Setiap orang tua juga pernah mengalami dimana sikecil tidak pernah bisa lepas dari pangkuan ibu atau ayahnya.
Begitu juga dengan menidurkan si kecil dengan cara digendong, setiap orang tua pasti pernah mengalami momen-moment ini.
Namun, terkadang sebagai orang dewasa, kita sering kali tidak sabar, atau mungkin kelelahan karena terlalu lama menggendong si kecil.
Sehingga untuk membuat mereka cepat terlelap, kita pun mengguncang-guncang tubuh mereka, yang mana sering kali kita kira bahwa hal itu akan membuat mereka nyaman karena seperti berada dalam ayunan.
Dokter anak mengklaim bahwa sebenarnya kita bisa menghindari hal ini, yakni tidak harus selalu menggendong anak ketika akan menidurkan mereka.
Caranya adalah dengan mengajari si kecil untuk mengikuti jadwal tidur yang tetap sejak mereka lahir dan menyingkirkan segala iritasi eksternal dan internal seperti kelaparan, popok basah, kebisingan, pakaian yang tidak nyaman, dan hal-hal semacam ini.
Jikapun Anda terpaksa harus mengguncang-guncang mereka agar mereka diam dan cepat terlelap, pastikan bgahwa Anda tidak melakukannya untuk waktu yang lama dan tentu saja dengan guncangan yang lemah.
Kita semua tahu bahwa kebersihan itu sangatlah penting. Dan karena itu pula, tidak sedikit para orang tua yang terlalu over protektif terhadap kebersihan anak-anaknya.
Sehingga, apabila anak-anaknya bermain, ia selalu memastikan bahwa tempat bermainnya itu steril dari segala jenis kuman dan bakteri.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa para peneliti dari berbagai negara telah sepakat, ketika lingkungan terlalu bersih, itu berdampak buruk untuk perkembangan anak.
Lingkungan yang terlalu steril akan memperlambat pembentukan sistem kekebalan tubuh yang kuat untuk siap melawan infeksi, dan mereka memicu reaksi alergi seperti asma, rinitis, dan dermatitis atopik.
Kesalahan terbesar yang dilakukan orang tua adalah membersihkan rumah, kamar dan tempat anak bermain terlalu sering.
Dan juga terlalu banyak melarang anak-anak mereka bersentuhan dengan hewan peliharaan, atau bermain dihalaman rumah.
Semakin dini seorang anak berurusan dengan alergen potensial, semakin cepat pula sistem kekebalan tubuh mereka akan berkembang. Dan karena itu belajarlah memperlakukan anak-anak kita sewajarnya.
Kita sudah sampai pada 6 hal yang tidak disukai anak tanpa kita sadari, dan mungkin sampai pada tahap ini, ada dari Anda yang tidak atau kurang sependapat.
Kami dari tidak menyalahkan Anda.
Namun, satu hal yang pasti, kami menyarankan bahwa yang paling penting adalah tidak mengikuti rekomendasi dari orang yang bukan ahlinya.
Mungkin ada diantara Anda yang telah memperkenalkan sikecil dengan toilet, dalam hal ini kloset atau pispot mainan.
Ketahuilah bahwa anak-anak tidak akan menggunakan pispot atau toilet saat mereka berusia satu atau satu setengah tahun.
Pada usia ini, mereka masih belum tahu bagaimana bereaksi dengan baik terhadap sinyal tubuh mereka.
Ahli urologi anak Stephen Hodges mengatakan;
Rata-rata anak baru mulai berjalan ketika mereka berusia satu tahun.
Dan saat mereka mulai bisa berjalan, sebagai orang tua, pastinya sangat antusias untuk membelikan mereka sepatu atau sandal.
Baik itu sepatu atau sandal untuk didalam rumah maupun untuk diluar rumah.
Namun, ada juga orang tua lainnya yang tetap membiarkan anak-anak mereka berjalan tanpa alas kaki dirumah, namun tidak diluar rumah.
Para peneliti masih belum memiliki kata sepakat tentang mana yang terbaik bagi mereka, apakah harus memakai alas kaki ketika didalam rumah atau tidak.
Akan tetapi mereka semua setuju bahwa tidak semua permukaan bagus untuk berjalan.
Ternyata, berjalan tanpa alas kaki dipasir atau dipantai, dirumput atau batu-batu halus, bagi anak-anak sangatlah dianjurkan.
Akan tetapi ketika anak-anak berjalan dipermukaan rata seperti di lantai keramik, atau lantai kayu yang rata dirumah tidak terlalu berguna bagi mereka.
Sebab, otot-otot kaki mereka tidak berkembang dengan baik dan seluruh beban diletakkan di tendon, sehingga menyebabkan masalah dalam perkembangan kaki.
Baca: Anoreksia - Rasa Takut yang Berlebihan Atas Kegemukan
Terutama nenek dan juga ada beberapa orangtua akan merasa sangat sedih ketika anak-anak mereka tidak ingin menghabiskan makanan mereka.
Karena itu, mereka mulai berusaha untuk meyakinkan anak-anaknya, memaksa mereka, atau bahkan mengancam mereka untuk menghabiskan makanannya.
Al hasil, piringpun akhirnya menjadi bersih tanpa ada makanan tersisa.
Dan tahukah Anda bahwa, satu-satunya orang yang berbahagia saat itu adalah hanya kita (orang tua).
Sedikit orang yang tahu bahwa perilaku semacam ini memberikan kontribusi pada perkembangan kebiasaan makan yang buruk.
Mereka bukannya belajar atau diajarkan untuk memahami tubuh mereka seperti gizi yang baik, akan tetapi mereka malah diajarkan cara makan yang berlebihan.
Selain itu, tahukah Anda bahwa anak-anak tidak harus diberi makan dalam sekali waktu dan sekaligus, sebab hal itu akan membuat sistem pencernaan mereka terlalu banyak bekerja.
Mereka hanya membutuhkan satu kali makan dan satu minuman.
Seorang profesor kesehatan masyarakat anak di Universitas Swansea, Amy Brown mengatakan bahwa kita seharusnya tidak lagi membantu anak-anak untuk makan saat mereka sudah bisa menggunakan sendok sendiri.
Menurut peneliti, anak-anak yang makan sendiri, memiliki kemampuan untuk makan dengan kecepatan mereka sendiri dan mempelajari rasa makanan, yang membantu mereka mengembangkan sikap yang benar terhadap makanan.
Pakar Swedia mengklaim bahwa untuk mengurangi risiko alergi pada beberapa makanan, para orang tua seharusnya membatasi anak-anak mereka sesedikit mungkin dalam hal makanan yang mereka makan.
Göran Wennergren, profesor pediatri di University of Gothenburg, mengatakan:
Pendapat profesor itu dibuktikan oleh penelitian lain yang dilakukan baru-baru ini oleh para ilmuwan Israel dan Inggris.
Orang tua dari komunitas Yahudi di London tidak memberikan anak-anak mereka kacang dan anak-anak di Israel mencoba selai kacang sebelum mereka bahkan berumur satu tahun.
Hasilnya? Statistik tidak berbohong: anak-anak dari Israel lebih kecil kemungkinannya memiliki reaksi alergi daripada anak-anak dari London.
Pada usia 2 tahun, anak-anak mulai memperlakukan diri mereka sendiri sebagai orang-orang dan hal-hal yang mereka miliki dianggap sebagai hal-hal yang menjadi milik mereka.
Inilah sebabnya mengapa siapa pun yang ingin mengambil sesuatu dari seorang anak akan diperlakukan sebagai pengganggu.
Sayangnya, sangat sedikit orang tua yang benar-benar memahami hal ini.
Para ibu dan ayah tidak ingin anak-anak mereka dilihat sebagai orang yang kikir aka pelit.
Inilah sebabnya mereka mungkin memaksa anak-anak mereka untuk berbagi mainan atau makanannya.
Namun, para psikolog yakin bahwa dengan melakukan ini, kita membesarkan anak-anak yang "menerima".
Mereka tidak dapat mendengar keinginan mereka sendiri dan mereka bertindak melawan keinginan mereka sendiri.
Pada akhirnya, mereka tumbuh menjadi pria atau wanita yang tidak bisa mengatakan "tidak," bahkan ketika itu demi kepentingan terbaik mereka.
Baca: Cara Menghitung Tinggi dan Berat Badan Ideal
Jika kaki, telapak tangan, atau hidung anak tidak terlalu hangat, itu artinya mereka itu kedinginan.
Karena fitur unik dari sirkulasi darah dan tonus pembuluh darah pada anak-anak, maka tidak apa-apa bagi bagian tubuh ini untuk menjadi lebih dingin daripada bagian tubuh lainnya.
Suhu kamar normal di kamar anak-anak seharusnya antara 22°C dan 25°C.
Dalam kondisi ini, anak-anak tidak memerlukan topi, kaus kaki, atau sarung tangan, sehingga kulit mereka dapat bernapas dan bersentuhan dengan udara.
Tahukah Anda bahwa sebenarnya, membuat mereka kepanasan itu jauh lebih berbahaya dari pada membuat mereka kedinginan.
Dan tanda-tanda anak overheating atau kepanasan yang paling jelas adalah saat leher mereka basah dan warna kulitnya, dimana seharusnya berwarna merah muda pucat saat keadaan normal.
Jika kulit terlalu merah muda atau bahkan merah, itu berarti bayi itu terlalu panas dan mereka perlu melepas beberapa pakaian mereka.
Itulah tadi, 12 situasi dimana sebenarnya kita membuat anak-anak kita tidak nyaman dan malah tersakiti, tanpa kita sadari.
Apakah ada dari beberapa rekomendasi ini bermanfaat untuk Ayah/ Ibu? Atau mungkin para orang tua lah yang berhak dan paling mengetahui apa yang terbaik untuk anak-anak mereka? Tinggalkan pendapat Anda dikolom komentar kami dibawah ini.
Namun, para ahli, dokter dan psikolog terus melakukan eksperimen-eksperimen baru dan menganalisis hasilnya, lalu kemudian membuat sebuah daftar rekomendasi baru.
Awalnya, rekomendasi dari mereka ini mungkin terdengar aneh, akan tetapi ketika kita mempelajarinya lebih lanjut tentang detailnya, apa yang mereka sampaikan ternyata sangat berguna.
Nyonya Rumah telah melihat beberapa studi menurut para ahli tentang kesehatan anak-anak dan telah membuat daftar hal-hal yang berbahaya bagi mereka, dan selama ini kita sebagai orang tua tidak menyadarinya.
Baca: Asahi Teknik Pijat Wajah Asal Jepang
1. Menggelitik anak-anak
Menggelitik anak-anak mungkin adalah salah satu hal yang menyenangkan bagi kita para orang tua.
Karena melihat tawanya yang lucu nan menggemaskan membuat kita tidak pernah berhenti untuk melakukan itu.
Tapi, sadarkan Anda bahwa menggelitik anak-anak sebenarnya tidak memberikan sensasi kebahagiaan bagi mereka.
Hal ini diungkapkan oleh seorang peneliti dari University of California beberapa tahun yang lalu, bahwa menggelitik anak tidak membuat anak tersebut bahagia, itu hanya ilusi tawa bahagia saja.
Ketika anak-anak dikelitik, tertawa mereka tidak terkendali sebagai hasil dari refleks mereka.
Kita semua tertawa ketika digelitik, begitu juga dengan anak-anak, bahkan jika mereka membencinya (benci digelitik).
2. Menempatkan mainan di tempat tidur bayi
Tidak banyak orang tua yang menyadari bahwa untuk tidur yang baik bagi bayi, yang mereka butuhkan hanyalah kasur yang bagus, seprai dan selimut kecil (kalau-kalau mereka kedinginan).
Terkadang, kita juga menambahkan bantal untuk mereka, walaupun itu bantal untuk bayi.
Namun, menurut sebuah penelitian, anak-anak atau bayi, tidak memerlukan bantal hingga sampai pada usia tertentu.
Apalagi dekorasi-dekorasi khusus untuk tempat tidur mereka, seperti mainan yang menggantung diatasnya, ataupun boneka yang berada didekatnya.
Karena, mainan-mainan tersebut dapat membangunkan mereka dari tidurnya, atau bahkan lebih parah mainan tersebut dapat menyebabkan masalah pernapasan, jika bayi secara tidak sengaja memasukkan wajah mereka ke mainan.
3. Menyalakan lampu saat bayi tidur
Menyalakan lampu kamar saat bayi tidur atau bahkan dengan cahaya redup sepanjang malam itu bukanlah sebuah pilihan yang bijak.
Sebab, hormon pertumbuhan mereka yang diproduksi saat mereka tidur itu lebih baik diproduksi oleh tubuh saat keadaan kamar gelap total.
Memang, para orang tua memiliki alasan yang berbeda saat mereka membiarkan lampu kamar tetap menyala dimana bayi tidur.
Sebagian besarnya, para orang tua melakukan itu, adalah untuk kenyamanan mereka sendiri.
Artinya, akan lebih mudah bagi mereka ketika mereka akan mengganti popok bayi ketika keadaan kamar terang, atau redup.
Ada juga ibu atau ayahnya yang takut pada kegelapan, sehingga mereka membiarkan lampu tetap menyala.
Atau mungkin ayah dan ibu takut si kecil terserang fobia karena terus berada dalam kegelapan, dan mereka pikir lampu malam dapat membantu mengatasi itu.
Seorang ahli syaraf dari Ohio State University - Tracy Bedrosian merekomendasikan bahwa orang yang tidak bisa berhenti menggunakan cahaya harus mencoba untuk menggantinya dengan jenis cahaya yang tepat.
Sebuah eksperimen menunjukkan bahwa lampu hijau menggerakkan jam biologis selama sekitar 90 menit dan lampu biru menggerakkan jam selama sekitar 180 menit, sehingga menjadi lebih sulit untuk tidur nyenyak.
Cahaya merah dan oranye tidak menekan produksi melatonin sebanyak hijau, putih, dan biru tidak mengganggu ritme sirkadian Anda.
Baca: Tips Ampuh Menurunkan Berat Badan dengan Air Putih
4. Mengguncang-guncang bayi
Setiap orang tua pasti pernah berada dalam situasi dimana mereka kesulitan untuk membuat si kecil tenang dan berhenti dari tangis dan rengeknya.
Setiap orang tua juga pernah mengalami dimana sikecil tidak pernah bisa lepas dari pangkuan ibu atau ayahnya.
Begitu juga dengan menidurkan si kecil dengan cara digendong, setiap orang tua pasti pernah mengalami momen-moment ini.
Namun, terkadang sebagai orang dewasa, kita sering kali tidak sabar, atau mungkin kelelahan karena terlalu lama menggendong si kecil.
Sehingga untuk membuat mereka cepat terlelap, kita pun mengguncang-guncang tubuh mereka, yang mana sering kali kita kira bahwa hal itu akan membuat mereka nyaman karena seperti berada dalam ayunan.
Dokter anak mengklaim bahwa sebenarnya kita bisa menghindari hal ini, yakni tidak harus selalu menggendong anak ketika akan menidurkan mereka.
Caranya adalah dengan mengajari si kecil untuk mengikuti jadwal tidur yang tetap sejak mereka lahir dan menyingkirkan segala iritasi eksternal dan internal seperti kelaparan, popok basah, kebisingan, pakaian yang tidak nyaman, dan hal-hal semacam ini.
Jikapun Anda terpaksa harus mengguncang-guncang mereka agar mereka diam dan cepat terlelap, pastikan bgahwa Anda tidak melakukannya untuk waktu yang lama dan tentu saja dengan guncangan yang lemah.
5. Terlalu steril dan bersih
Kita semua tahu bahwa kebersihan itu sangatlah penting. Dan karena itu pula, tidak sedikit para orang tua yang terlalu over protektif terhadap kebersihan anak-anaknya.
Sehingga, apabila anak-anaknya bermain, ia selalu memastikan bahwa tempat bermainnya itu steril dari segala jenis kuman dan bakteri.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa para peneliti dari berbagai negara telah sepakat, ketika lingkungan terlalu bersih, itu berdampak buruk untuk perkembangan anak.
Lingkungan yang terlalu steril akan memperlambat pembentukan sistem kekebalan tubuh yang kuat untuk siap melawan infeksi, dan mereka memicu reaksi alergi seperti asma, rinitis, dan dermatitis atopik.
Kesalahan terbesar yang dilakukan orang tua adalah membersihkan rumah, kamar dan tempat anak bermain terlalu sering.
Dan juga terlalu banyak melarang anak-anak mereka bersentuhan dengan hewan peliharaan, atau bermain dihalaman rumah.
Semakin dini seorang anak berurusan dengan alergen potensial, semakin cepat pula sistem kekebalan tubuh mereka akan berkembang. Dan karena itu belajarlah memperlakukan anak-anak kita sewajarnya.
6. Terlalu dini mengajar anak untuk menggunakan toilet
Kita sudah sampai pada 6 hal yang tidak disukai anak tanpa kita sadari, dan mungkin sampai pada tahap ini, ada dari Anda yang tidak atau kurang sependapat.
Kami dari tidak menyalahkan Anda.
Namun, satu hal yang pasti, kami menyarankan bahwa yang paling penting adalah tidak mengikuti rekomendasi dari orang yang bukan ahlinya.
Mungkin ada diantara Anda yang telah memperkenalkan sikecil dengan toilet, dalam hal ini kloset atau pispot mainan.
Ketahuilah bahwa anak-anak tidak akan menggunakan pispot atau toilet saat mereka berusia satu atau satu setengah tahun.
Pada usia ini, mereka masih belum tahu bagaimana bereaksi dengan baik terhadap sinyal tubuh mereka.
Ahli urologi anak Stephen Hodges mengatakan;
"Cepat atau lambat, anak pasti akan belajar mengendalikan sinyal-sinyal dari tubuh mereka. Inilah keadaan saat mereka akan mulai menggunakan toilet. Kandung kemih membutuhkan sekitar 3 atau 4 tahun untuk perkembangan secara normal. Buang air kecil dicelana atau ngompol, sebenarnya adalah membantu perkembangan kandung kemih mereka.”
7. Membiarkan anak-anak berjalan tanpa alas kaki di rumah
Rata-rata anak baru mulai berjalan ketika mereka berusia satu tahun.
Dan saat mereka mulai bisa berjalan, sebagai orang tua, pastinya sangat antusias untuk membelikan mereka sepatu atau sandal.
Baik itu sepatu atau sandal untuk didalam rumah maupun untuk diluar rumah.
Namun, ada juga orang tua lainnya yang tetap membiarkan anak-anak mereka berjalan tanpa alas kaki dirumah, namun tidak diluar rumah.
Para peneliti masih belum memiliki kata sepakat tentang mana yang terbaik bagi mereka, apakah harus memakai alas kaki ketika didalam rumah atau tidak.
Akan tetapi mereka semua setuju bahwa tidak semua permukaan bagus untuk berjalan.
Ternyata, berjalan tanpa alas kaki dipasir atau dipantai, dirumput atau batu-batu halus, bagi anak-anak sangatlah dianjurkan.
Akan tetapi ketika anak-anak berjalan dipermukaan rata seperti di lantai keramik, atau lantai kayu yang rata dirumah tidak terlalu berguna bagi mereka.
Sebab, otot-otot kaki mereka tidak berkembang dengan baik dan seluruh beban diletakkan di tendon, sehingga menyebabkan masalah dalam perkembangan kaki.
Baca: Anoreksia - Rasa Takut yang Berlebihan Atas Kegemukan
8. Memaksa anak menghabiskan makanannya
Terutama nenek dan juga ada beberapa orangtua akan merasa sangat sedih ketika anak-anak mereka tidak ingin menghabiskan makanan mereka.
Karena itu, mereka mulai berusaha untuk meyakinkan anak-anaknya, memaksa mereka, atau bahkan mengancam mereka untuk menghabiskan makanannya.
Al hasil, piringpun akhirnya menjadi bersih tanpa ada makanan tersisa.
Dan tahukah Anda bahwa, satu-satunya orang yang berbahagia saat itu adalah hanya kita (orang tua).
Sedikit orang yang tahu bahwa perilaku semacam ini memberikan kontribusi pada perkembangan kebiasaan makan yang buruk.
Mereka bukannya belajar atau diajarkan untuk memahami tubuh mereka seperti gizi yang baik, akan tetapi mereka malah diajarkan cara makan yang berlebihan.
Selain itu, tahukah Anda bahwa anak-anak tidak harus diberi makan dalam sekali waktu dan sekaligus, sebab hal itu akan membuat sistem pencernaan mereka terlalu banyak bekerja.
Mereka hanya membutuhkan satu kali makan dan satu minuman.
9. Tidak membiarkan anak belajar makan sendiri
Seorang profesor kesehatan masyarakat anak di Universitas Swansea, Amy Brown mengatakan bahwa kita seharusnya tidak lagi membantu anak-anak untuk makan saat mereka sudah bisa menggunakan sendok sendiri.
“Anak-anak yang diberi makan dengan sendok lebih lama dari seharusnya, lebih cenderung memiliki masalah berat badan ekstra di masa depan. Dalam proses menyusui, sulit untuk mengetahui kapan anak-anak kenyang. Akibatnya, mereka makan berlebihan."
Menurut peneliti, anak-anak yang makan sendiri, memiliki kemampuan untuk makan dengan kecepatan mereka sendiri dan mempelajari rasa makanan, yang membantu mereka mengembangkan sikap yang benar terhadap makanan.
10. Terlalu melindungi anak-anak dari alergen
Pakar Swedia mengklaim bahwa untuk mengurangi risiko alergi pada beberapa makanan, para orang tua seharusnya membatasi anak-anak mereka sesedikit mungkin dalam hal makanan yang mereka makan.
Göran Wennergren, profesor pediatri di University of Gothenburg, mengatakan:
"Tidak hanya tidak berbahaya untuk memberikan makanan anak-anak dengan alergen pada usia dini, tetapi juga cukup bermanfaat. Sistem kekebalan belajar untuk bereaksi terhadap mereka dengan benar. Contoh khas adalah ikan. Inilah mengapa kami merekomendasikan memberi anak-anak fillet ikan remuk dari usia 4 bulan."
Pendapat profesor itu dibuktikan oleh penelitian lain yang dilakukan baru-baru ini oleh para ilmuwan Israel dan Inggris.
Orang tua dari komunitas Yahudi di London tidak memberikan anak-anak mereka kacang dan anak-anak di Israel mencoba selai kacang sebelum mereka bahkan berumur satu tahun.
Hasilnya? Statistik tidak berbohong: anak-anak dari Israel lebih kecil kemungkinannya memiliki reaksi alergi daripada anak-anak dari London.
11. Memaksa anak-anak untuk berbagi
Pada usia 2 tahun, anak-anak mulai memperlakukan diri mereka sendiri sebagai orang-orang dan hal-hal yang mereka miliki dianggap sebagai hal-hal yang menjadi milik mereka.
Inilah sebabnya mengapa siapa pun yang ingin mengambil sesuatu dari seorang anak akan diperlakukan sebagai pengganggu.
Sayangnya, sangat sedikit orang tua yang benar-benar memahami hal ini.
Para ibu dan ayah tidak ingin anak-anak mereka dilihat sebagai orang yang kikir aka pelit.
Inilah sebabnya mereka mungkin memaksa anak-anak mereka untuk berbagi mainan atau makanannya.
Namun, para psikolog yakin bahwa dengan melakukan ini, kita membesarkan anak-anak yang "menerima".
Mereka tidak dapat mendengar keinginan mereka sendiri dan mereka bertindak melawan keinginan mereka sendiri.
Pada akhirnya, mereka tumbuh menjadi pria atau wanita yang tidak bisa mengatakan "tidak," bahkan ketika itu demi kepentingan terbaik mereka.
Baca: Cara Menghitung Tinggi dan Berat Badan Ideal
12. Membungkus anak-anak dengan pakaian saat tangan dan kaki mereka dingin
Jika kaki, telapak tangan, atau hidung anak tidak terlalu hangat, itu artinya mereka itu kedinginan.
Karena fitur unik dari sirkulasi darah dan tonus pembuluh darah pada anak-anak, maka tidak apa-apa bagi bagian tubuh ini untuk menjadi lebih dingin daripada bagian tubuh lainnya.
Suhu kamar normal di kamar anak-anak seharusnya antara 22°C dan 25°C.
Dalam kondisi ini, anak-anak tidak memerlukan topi, kaus kaki, atau sarung tangan, sehingga kulit mereka dapat bernapas dan bersentuhan dengan udara.
Tahukah Anda bahwa sebenarnya, membuat mereka kepanasan itu jauh lebih berbahaya dari pada membuat mereka kedinginan.
Dan tanda-tanda anak overheating atau kepanasan yang paling jelas adalah saat leher mereka basah dan warna kulitnya, dimana seharusnya berwarna merah muda pucat saat keadaan normal.
Jika kulit terlalu merah muda atau bahkan merah, itu berarti bayi itu terlalu panas dan mereka perlu melepas beberapa pakaian mereka.
Itulah tadi, 12 situasi dimana sebenarnya kita membuat anak-anak kita tidak nyaman dan malah tersakiti, tanpa kita sadari.
Apakah ada dari beberapa rekomendasi ini bermanfaat untuk Ayah/ Ibu? Atau mungkin para orang tua lah yang berhak dan paling mengetahui apa yang terbaik untuk anak-anak mereka? Tinggalkan pendapat Anda dikolom komentar kami dibawah ini.
Posting Komentar untuk "Tanpa Kita Sadari, 12 Keadaan Ini Sebenarnya Tidak Disukai Anak-Anak Kita"